Rabu, 27 Februari 2013

Bacharuddin Jusuf Habibie







flsh back ...
tentang Bacharuddin Jusuf Habibie

Kemarin brapa pekan lalu saya melihat film tentang Habibie & ainun
dalam cerita itu saya mulai berfikir...
bangsa kita yang terlalu bodoh atau situasi pada saat itu
yang melepas superman versi indonesia

Ataukah ada pihak luar seperti negara tetangga yang takut mempunyai pemimpin seperti beliu
dikarnakan kecerdasan beliu melampaui kecerdasan manusia pada umumnya

Kenyataannya negeri ini masih membutuhkan orang-orang besar.
Orang-orang yang sanggup mengubah keadaan dan mengangkat harkat negeri ini
dari dasar jurang ke puncak kejayaan.
Orang-orang yang mengerahkan daya upaya dan pikirannya untuk kemakmuran bangsa
saya yakin beliu salah satu dri sekian juta mnusuia diindonesia
yang tulus mengabdi untuk negara

Karena itu sangat disayangkan, sungguh ironis bila dia pada akhirnya tidak operasional di negeri sendiri.
Terpencil mengabdi di negeri orang akibat ulah rekan-rekannya yang licin bak belut dalam mengelabui rakyat.

Itulah yang dialami BJ Habibie. Ketika usia telah merambah tua,
menapaki sisa-sisa waktu produktifnya,
rintangan masih bergulung besar yang menghalanginya memenuhi harapan rakyat.
Kerinduan rakyat terhadap karyanya pun seolah memang ditakdirkan untuk tidak terjadi lagi.

apakah kalian ingin mengatahui kenapa dunia begitu menghargai Habibie??????

Pada awal 1960-an, musibah pesawat terbang masih sering terjadi
karena kerusakan konstruksi yang tak terdeteksi.
Kelelahan (fatique) pada bodi masih sulit dideteksi dengan keterbatasan perkakas.
Belum ada pemindai dengan sensor laser yang didukung unit pengolah data komputer,
untuk mengatasi persoalan rawan ini.

Pada saat itulah muncul anak muda jenius yang mencoba menawarkan solusi. Usianya baru 32 tahun.
Postur tubuhnya kecil namun pembawaannya sangat enerjik.
Dialah Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie, laki-laki kelahiran Pare-pare,
Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936.
Dari sinilah Habibie mendapat julukan sebagai Mr. krack.

karana Faktor telah menemukan teori  dngan pola pikir jeniusnya yaitu
bisa meringankan operating empty weight (bobot pesawat tanpa berat penumpang
dan bahan bakar) hingga 10% dari bobot sebelumnya. Bahkan angka penurunan ini bisa mencapai 25%
setelah Habibie menyusupkan material komposit ke dalam tubuh pesawat.
Namun pengurangan berat ini tak membuat maksimum take off weight-nya
(total bobot pesawat ditambah penumpang dan bahan bakar) ikut merosot.
Dengan begitu, secara umum daya angkut pesawat meningkat dan daya jelajahnya makin jauh.
Sehingga secara ekonomi, kinerja pesawat bisa ditingkatkan.

ia mendapat beasiswa dari pemerintah untuk belajar di Technische Hochschule Die Facultaet Fue Maschinenwesen,
Aachen, Jerman, pada 1956. Selama setahun sebelumnya, Habibie tercatat sebagai
mahasiswa ITB. Setelah mengantongi gelar diploma ingenieur jurusan konstruksi pesawat terbang, tahun 1960, s
ambil melanjutkan kuliahnya, ia menjadi asisten Riset Ilmu Pengetahuan Institut Konstruksi Ringan di kampusnya.

Bacharuddin Jusuf Habibie (lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936; umur 76 tahun)
adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga.

Dia mendapat Predikat predikat suma cum laude pada 1965.
Rata-rata nilai mata kuliahnya 10. Presatsi ini membuatnya dipercaya
jadi Kepala Departemen Riset dan Pengembangan Analisis Struktur di Hamburger Flugzeugbau (HFB).
Tugas utamanya adalah memecahkan persoalan kestabilan konstruksi bagian belakang pesawat Fokker 28.
Luar biasa, hanya dalam kurun waktu enam bulan, masalah itu terpecahkan oleh Habibie.

Ia meraih kepercayaan lebih bergengsi, yakni mendesain utuh sebuah pesawat baru.
Satu diantara buah karyanya adalah prototipe DO-31,
pesawat baling-baling tetap pertama yang mampu tinggal landas dan mendarat secara vertikal,
yang dikembangkan HFB bersama industri Donier.
Rancangan ini lalu dibeli oleh Badan Penerbangan dan Luar Angkasa Amerika Serikat (NASA).

Pekerjaan dan karier

Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm,
sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg,
Jerman, sehingga mencapai puncak karier sebagai seorang wakil presiden bidang teknologi.
Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Suharto.
Ia kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998.
Sebelum menjabat Presiden (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999),
B.J. Habibie adalah Wakil Presiden (14 Maret 1998 - 21 Mei 1998)
dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto.
Ia diangkat menjadi ketua umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia),
pada masa jabatannya sebagai menteri.


ini salah 1 jawabnay kenapa di adisegani pleh bangsa luar:

Habibie hanya sampai tahun 1969 saja di HFB,
karena dilirik oleh Messerschmitt Boelkow Blohm Gmbh (MBB),
industri pesawat terbesar yang bermarkas di Hamburg.
Di tempat yang baru ini, karier Habibie meroket.
Jabatan Vice President/Direktur Teknologi MBB disabetnya tahun 1974.
Hanya Habibie-lah, orang diluar kebangsaan Jerman yang mampu menduduki posisi kedua tertinggi itu.

Pesawat Airbus A-300 yang diproduksi konsorsium Eropa
(European Aeronautic Defence and Space) tak lepas dari sentuhan Habibie.
Maklumlah dalam konsorsium ini tergabung Daimler,
produsen Mercedes-Benz yang mengakuisisi MBB.
Sehingga Habibie berhak atas royalti dari teknologi
yang dipakai dalam kendaraan udara berbadan lebar itu. Selain dari Airbus,
Habibie juga mendapat royalti dari produsen-produsen roket di banyak negara,
yang banyak menggunakan teknologi konstruksi ringannya.

Asusmsi saya tidak menutup kemungkinan negara-negara luar takut
jika kita mempunyai pemimpin jenius seperti beliu..
dia bisa melampaui pola pikir 1 diantara berapa juta bahkan teriliunan
dari berbagai polosok dunia. untuk katagori manusia jenius,..

0 komentar:

Posting Komentar

klik



Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates